bahagia dengan berbagi

 

 

 

 

Baru-baru ini di media terjadi kontroversi tentang lambang PMI. Berawal dari kunjungan kerja beberapa anggota DPR ke Turki yang salah satu agendanya adalah hal tyersebut. Komentar pun bermunculan di tanah air. Mulai dari yang mendukung sampai menolak tegas, bahkan ada yang menghubung-hubungkan dengan tindakan fasis atau sinis bercanda ,”kalau begitu tanda + dalam matematika diganti saja dengan bulan sabit?”. Lebay.

Di dunia kita mengenal ICRC (International Committee of the Red Cross ) yang berpusat di Jenewa,Swiss. Dalam organisasi tersebut terhimpun dua nama yakni Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah Internasional. Artinya pemakaian lambang Palang atau Bulan Sabit itu sah adanya. Biasanya berlaku semacam konvensi bahwa  di negara yang mayoritas Kristen seprti Eropa menggunakan Palang Merah dan mayoritas muslim seperti Timur Tengah menggunakan Bulan Sabit Merah. Malaysia yang populasi Muslim-Non Muslim hampir sama memakai Bulan Sabit Merah. Di Rusia malah dipakai kedua-duanya.

Namun belakangan sebagian kalangan Muslim tanah air yang mempertanyakan kenapa di Indonesia  yang  mayoritas Muslim kok memakai Red Cross?  Adalah Presiden Soekarno pada tahun 50-an yang menetapkan demikian melalui Keppres No 25 Tahun 1959 . Saya menduga mungkin beliau khilaf atau bisa jadi saat itu Rumah Sakit dan lembaga kemanusiaan yang berlebel bulan sabit merah  belum ada.

Mari kita perhatikan  lambang PMI. Kata Cross di terjemahkan ke  dalam bahasa Indonesia  palang. Kata Palang sendiri bisa juga berarti Salib, suatu simbol yang agung dalam agama Kristen. Rancunya adalah disebut Palang tetapi bentuknya lebih kearah tambah atau plus. Tentu saja berbeda anatara plus dengan palang. Namun kenapa disebut palang? Saya berseloroh supaya tidak berlarut-larut bagaimana kalau Palang diganti dengan Plus sehingga singkatan tidak berubah (Plus Merah Indonesia)  namun maknanya berbeda.

Sebagian ada yang menyeletuk buat apa mempermasalahkan simbol? Yang penting kan substansinya? Kan ketika aksi kemanusiaan kita tidak bertanya dulu agamanya apa? Betul juga sih. Tapi begini. Simbol itu menunjukkan identitas. Adalah fitrah manusia untuk mengekspresikan identitasnya. Simbol Persija adalah oranye, Persib biru. Tak bisa dibolak balik kecuali  sengaja cari masalah.

Setahu saya dalam ajaran Islam, substansi itu penting, namun simbol juga penting. Contohnya pernah Rasulullah SAW menyuruh para sahabat untuk mencukur kumis dan memanjangkan jenggot untuk membedakan mereka dengan para rahib Yahudi. Maka jangan marah jika ada RS Islam yang lebih memilih bulan sabit merah sebagai lambang RS mereka. Itu simbol.

Dalam ilmu pengetahuan pun kita mengenal disiplin ilmu yang bernama Semiotika. Dan orang yang menekuninya disebut  sebagai  simbologist. Dalam Novel Da Vinci Code, Dr Robert Langdon adalah seorang simbologist. Artinya tidak hanya dalam Islam saja, secara umum pun dunia  mengakuinya.

Kembali ke Indonesia, menurut  saya selain dasar dan lambang negara, yang lain bisa saja di rubah. Toh inikan negara demokrasi. Dan di dalam negara demokrasi  semua mungkin terjadi. Berdasarkan  kesepakatan bersama atau suara terbanyak. Jadi tidak pada tempatnya jika  terlalu apriori terhadap perubahan lambang PMI ini. Kecuali bagi orang-orang yang berpikiran sempit  atau malah mensucikan  sebuah lambang.

Wallahualam

 

 

 

 

Comments on: "Menyoal lambang PMI, Kenapa Dipersoalkan?" (2)

  1. mang islam punya lambang khusus ya?! kalaupun palang merah berganti bulan sabit merah kemudian itu sdh islami? bknnya di dahi/kening dewa shiwa (Hindu) ada lambang bulan sabit?! trus gmn dunk?!

Tinggalkan Balasan ke eby Batalkan balasan